Notification

×

Iklan

Iklan

SEJARAH MAKAM PURWOSUCI KEDINDING NGRAHO BLORA

Selasa, 06 Desember 2022 | 20.00 WIB Last Updated 2022-12-06T13:01:26Z

Laporan Redaksi


Blora, PANI New.- Makam Purwo Suci Kedungtuban terletak di Dukuh Kedinding Desa Ngraho Kecamatan Kedungtuban + 43 Km kearah tenggara dari kota Blora, mudah dijangkau kendaraan roda dua ataupun roda empat sampai kejalan desa, serta jalan kaki sambil menikmati pemandangan alam untuk mencapai ke makam + 500 m karena letaknya berada di puncak perbukitan dengan luas areal + 49 m2. menurut informasi atau cerita dari masyarakat setempat, makam Purwo Suci adalah makam seorang Adipati Panolan sesudah Ario Penangsang bernama Pangeran Adipati Noto Wijoyo. Didalam halaman tersebut juga terdapat makam Nyai Tumenggung Noto Wijoyo.

Karena jasa-jasanya yang sampai saat ini masih dikunjungi masyarakat untuk tujuan tertentu bahkan pernah dipugar oleh Bupati Blora pada tahun 1864 dengan memakai sandi sengkolo, Karenya Guna Saliro Aji (1864) menurut cerita yang panjang makam ini cocok dikunjungi wisatawan yang senang olah roso dan olah kebatinan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, menurut halaman website : blorakab.go.id

Sedangkan menurut salah satu sesepuh Adat PANI Jawa Tengah yang saat ini menjadi pengrajin wayang krucil dan seni ukir wayang beber, Mbah Mamik, mengatakan, "Penerus Jipang Panolan saat itu yaitu, Ronggo Wijoyo atau saat ini namanya Eyang Samiaji dan Puspitosari itu istrinya, jadi disana itu makamnya 2, dan ada satu lagi di Utara, itukan dikira makamnya Benowo, padahal itu Ronggo Mentahun, saat itu Ronggo Mentahun tidak suka sama pemerintahan saat itu, makannya, kalau ada pegawai negeri naik, akan lepas.

Dan disana dianggap orang orang itu Benowo, padahal bukan Benowo, Benowo yang benar ya yang di Kendal, ada Goa tempat tirakatnya, juga diatas gunung tempatnya.

Ronggo Wijoyo itu, cucunya Eyang Bambang Sumantri, makamnya di Gedong Ageng Jipang, dan Ronggo Wijoyo merupakan anaknya Ronggo Atmojo, siapakah dia, dia adalah Senopati Perangnya Jipang". Ungkapnya.


Sedangkan menurut Ketua Pasukan Adat Nusantara Indonesia (PANI) DPD I Provinsi Jawa Tengah, Suryono, saat dihubungi lewat whatsapp, pada /3/12/2022, mengatakan, "Untuk tradisi yang sampai saat ini masih ada adalah Tasyakuran/Manganan pada saat saat tertentu, ada sensasi lain bila sudah sampai di puncak Gunung Purwosuci, jauh mata memandang, pemandangan alamnya istimewa, tapi saat itu untuk fasilitas jalan dan jembatan perlu diperbaiki, fasilitas parkir, toilet, warung umum, dan musholla mudah mudahan kedepan sudah ada, jadi untuk keperluan pengunjung harus lengkap, bila ingin menjadi tempat wisata yang layak untuk dikunjungi". Jelasnya.

Kepala Desa Ngraho, Sri, saat dikonfirmasi lewat pesan whatsapp, "Saya juga masih mencari kebenaran Sejarah Purwosuci, dan untuk sementara kami masih mengumpulkan data dari berbagai sumber". Punkasnya.

Seperti itulah sementara, cerita Sejarah Purwosuci yang paninews.com dapatkan, apabila ada sumber yang punya data terkait hal tersebut, bisa langsung menghubungi nomor Redaksi paninews.com.
×
Berita Terbaru Update